Terpaut


“Aku suka sama dia,”
“ Ah masa?” teman-teman yang bergerombol mengerubungiku terkejut. Aku sendiri hanya nyengir, menyembunyikan malu.
Tak berapa lama, seperti yang kuduga, berita itu menyebar. Aku sendiri yakin hal ini sampai ketelinganya. Karena dia menjadi berubah. Dia menjadi  perhatian. Seperti sore ini, yang tiba-tiba menawarkan untuk mengantar pulang.
***
Hai. Mungkinkah hati ini salah, sudah terpaut pada sesuatu yang begitu menarik, yaitu kamu. Tahukah, jika ada sosok yang menyisipkan doa diakhir sujudnya untukmu. Dia yang ingin mengubah aku dan kamu menjadi kita.Jangan kamu pikir aku gila, sayang. Aku lebih dari itu. Tergila-gila. Pada sosokmu yang sering hanya mampu kupandang dari sudut ruang. Bahkan disedikit kesempatan aku menyerap semua pesonamu, menyimpannya dikotak memoriku, untuk sesekali kuputar ketika rindu hadir menyapa.***
“Aduhh…,” teriakku kemudian bangun dari lamunan, saat jarum jahit patah menusuk tulangku. Iya, aku sedang menjahit lukaku. Luka dihati yang selama ini kubiarkan menganga.
Sungguh tidak sakit menjahit luka itu, jika dibanding kini aku yang tak mampu bernafas karena harapan yang sesak dan semu. Aku mengeluh pada diri sendiri. Harapanku yang mengganggu. Harapan untuk mu bisa sedikit menyadari adanya aku.
Ah.. mengapa harapan dan bayangmu ini tidak mau pergi, sejenak saja. Tidak cukupkah jeruji yang aku pasang untuk membatasi gerakmu dipikiranku. Apakah Tuhan sengaja mengikatkan pikiran dan hatiku hanya padamu, sosok yang bahkan belum tentu sadar ada aku.
Jika memang benar, tidakkah cukup panjang tali yang diikatkan Tuhan itu, untuk sejenak ku menjauh dari bayangmu. Aku harus ingat, bahwa belum tentu kamu sadar, ada aku yang terikat padamu.Dan akupun harus ingat jika ini ikatan dari Tuhan, aku tak berhak merubah rapal dzikir menjadi namamu.
Sudahlah, biar aku kembali menjahit luka. Sejenak tinggalkanlah aku, sayang. Biarkan aku tetap terpaut meronta,tanpa bayanganmu. Biarkan aku berdzikir dan menaruh harapan hanya pada Tuhanku.
 ( ditulis di Jogja, 3April2014 )

Tulisan ini di post di blog satunya. Saat aku begitu takut. Takut jika benar mencintaimu.

No comments:

Post a Comment