hae

hai..
beberapa hari kita ndak bertemu ya/?

well..terakhir aku bertemu denganmu ditempat biasa, dan kita bersebrangan

Aku didepanmu, bukan menatap punggungmu. Namun tetap saja jauh...baik jarak maupun asa. :))
beberapa kali sempat kawan-kawan bercanda pun kamu juga, tapi aku hanya diam,
aku takut sorot mataku, kamu kenali...
sorot mata perempuan yang tertarik padamu dan ingin memperhatikanmu..
sorot mata perempuan yang jika terus berlangsung akan perlahan dengan lembut menyisipkan harapan, entah harapan untuk apa..



ya mungkin itu yang menyebabkan agama kita menginginkan kita menjaga pandangan.

kemarin kamu pamit duluan, dan tampak tergesa-gesa.
Entah bercanda atau tidak katamu akan kerumah sakit, mau menjenguh istri mu ...
hehe...
aku jadi tertawa..
iya kali emang kamu udah punya istri ya..

atau  mungkin perempuanmu sedang menunggu di suatu tempat, menanti kehadiranmu, kekasihnya.

Hehe..sudahlah..
tapi aku jadi ingat kata-kata mu, pas itu aku sempat berkata sedih bahwa dalam beberapa minggu lagi kita sudah tak ada kelas teori. Artinya kita jarang ketemu, kataku pada teman-teman, dan disana pun ada kamu.

Lalu kamu nyletuk ...
" Ah jangan gitu lah, jadi sedih aku,"

"Kok sedih?"

"Lha aku selama ini ndak dapet apa-apa 'e "
Aku cuma tertawa, ndak tau mesti bilang apa. Sempat terpikir juga sih kalau kamu ndak segitunya juga ndak dapet apa-apa. Kamu dapet banyak temen-temen spesial kok, salah satunya aku yang suka nyisipin doa buat kamu :') Jieeeeeeeeeeeeee... Hehehe..narsis.

Tapi tahu ndak sih, aku pun sebenarnya merasa sama kok. Dua semester kuliah di UIN sebenarnya sudah membuat hatiku mantab disana. Ah.. tapi namanya juga anak muda. Aku masih terbakar ambisi untuk ikut ujian masuk UNY. Kamu tahu karena apa? bukan ..bukan karena aku ingin jadi guru, tapi karena aku ingin membuktikan bahwa aku bisa. Kakak tingkatku ada yang masuk PTI UNY, teman sekelasku juga, sementara aku? berkali-kali ujian tidak pernah lolos. Iming-iming untuk masuk di Prodi anyar PTI ini akan membuat gampang dan besar kemungkinan jadi dosen disana juga membuatku bergeming untuk pindah kampus.

Cita-citaku kecil salah satunya memang menjadi dosen. Dan entah kenapa aku kurang mempertimbangkan atau memperhatikan hal lain.

Misalnya, bahwa ini adalah Kampus PENDIDIKAN.
Iyaa..jika diawal-awal kuliah banyak temen-temen yang merasa salah jurusan, aku biasa-biasa saja, bahkan seneng aja akhirnya bisa kuliah di UNY *duh*. Yaa aku memang agak kecewa meninggalkan rekan-rekan di ilmu komunikasi dan rencana2naku sebagai calon sarjana Ilmu Komunikasi. Walau dulu awala sempat kecewa masuk di UIN, tapi selama dua semester aku cukup visioner menyusun rencana ku untuk menggeluti bidang ilmu komunikasi, dan sebenarnya seiring berjalan waktu aku enjoy kuliah di bidang ilmu komunikasi.


Kembali ke masalah kampus pendidikan, aku santai dan malah disibukkan dengan kegiatan-kegiatan organisasi HIMA. Himpunan yang tekanananya lumayan besar, dan butuh porsi diperhatikan yang agak banyak. Dan benar saja Himpunan berhasil menyita perhatianku, dari mulai hanya jadi staff sampai pengurus harian. Kuliah agak kusampingkan sampai semester 6 ini. Ya jabatanku berakhir di semester 6. Setelah hampir 5 semester selalu  sibuk dengan organisasi dan kepanitiaan, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku seorang mahasiswi, di UNY, dan calon pendidik.

Dan aku baru sadar disemester enam ini, setelah begitu banyak materi kependidikan dan praktek ngajar. Beberapa mata kuliah menyadarkan  bagaimana tanggungjawab guru yang begitu besar. Mendidik anak,.jika salah, bisa jadi dosa, karena bisa jadi anak menjadi salah seumur hidup.

Rasanya aku jadi merasa salah jurusan...emm..bukan mungkin bukan salah jurusan,..tapi malah jadi bertanya, apakah aku mampu jika memang suatu saat harus menjadi guru dan mendidik murid-muridnya.

Aku telat ya? duh.. entahlah...tapi aku percaya saja, jalan yang Allah buat untukku pasti luar biasa, aku ndak nyangka, selama ini yang memegang prinsip "Let it flow" begitu menoleh kebelakang ternyata udah melewati banyak peristiwa yang kalau dibayangkan dulu rasanya ndak mungkin.

Ah..aku jadi cerita begitu panjang.

sudah dulu ya,  kapan-kapan disambung lagi..

No comments:

Post a Comment